Berani Ekspor Komoditas Pertanian Indonesia Bersama AgriTalk

Beberapa waktu yang lalu, saya dan beberapa teman diajak oleh Kumparan dan Kabarantan untuk menghadiri acara AgriTalk “Yuk #BeraniEkspor Komoditas Pertanian Indonesia" dengan tujuan melindungi dan akselerasi ekspor Indonesia.

Berani Ekspor Komoditas Pertanian Indonesia Bersama AgriTalk

Bapak Ali Jamil, Ph.D (Kepala Badan Karantina Pertanian) menjelaskan mengapa acara “Yuk #BeraniEkspor Komoditas Pertanian Indonesia" ini diadakan, karena Bapak Jokowi menginstruksikan pada mentri pertanian untuk mengakselerasi ekspor pertanian kita berdasarkan undang2 no 16 tahun 1992 perkarantinaan untuk menjaga proses karantina baik itu bibit maupun produknya sendiri, karena banyak media yang bisa menjadi media pembawa penyakit, itu sebabnya semua produk yang dibawa dari luar harus dilaporkan dahulu kepada badan karantina agar tidak ada penyakit yang dibawa dari luar.

Contohnya beberapa waktu yg lalu badan karantina kita menerima benih jagung seberat 6 ton yang mengandung penyakit, padahal dia sudah mengantongi ijin dari negara asal. Akhirnya dengan sangat terpaksa dimusnahkan. Menurut data tahun 2017, GDP terbesar di indonesia adalah dari sektor pertanian karena kita punya 14 juta hektar pertanian dan 16 juta hektar laut yang belum digarap secara optimal. 

 Berani Ekspor Komoditas Pertanian Indonesia Bersama AgriTalk

Kalau dulu bisa 3 bulan dari proses pelaporan, tapi sekarang sejak diterapkannya online single submissions (OSS) hanya 3 jam sudah selesai. Kalau ekspor, semua wajib lapor karena semua negara sudah mewajibkan dokumen kesehatan tumbuhan, dan health certificate untuk hewan. Tanpa ada kedua hal tersebut, tidak ada negara yang akan mau menerima ekspor tumbuhan dan hewan dari Indonesia.

Untuk itu badan karantina bekerjasama dengan badan bea cukai untuk mengecek data-data yang diperlukan. Selain itu Barantan juga membangun kerjasama pertukaran e-Cert dengan negara mitra dagang untuk mengurangi penolakan komoditas dari negara mitra, mencegah pemalsuan dokumen, dan mempercepat proses quarantine clearance. Selain e-Cert, akselerasi ekspor jg dilakukan dg penggunaan aplikasi peta komoditas ekspor produk pertanian i-MACE. Agar pemerintah daerah dapat memetakan sentra & jenis komoditas unggulan ekspor.

Jaman serba digital dan online ini juga di manfaatkan oleh petugas #142KarantinaMelayani untuk melayani dengan baik, bahkan Bapak Ali Jamil mengatakan semua proses tersebut gratis karena semua petugas dilarang memungut uang sama sekali.

 Berani Ekspor Komoditas Pertanian Indonesia Bersama AgriTalk

Badan karantina membuat 5 kebijakan strategis meningkatkan ekspor komoditas pertanian, untuk menggalakan ekspor melalui generasi milenial yang meliputi:
1. Meningkatkan volume ekspor 
2. Menambah ragam komoditas ekspor 
3. Mendorong pertumbuhan ekspor baru 
4. Menambah negara mitra dagang 
5. Mendorong ekspor komoditas pertanian dalam bentuk jadi atau bahan

Semua komoditas kita ada, itu sebabnya Bapak Ali Jamil menyerukan untuk mulai mengekspor produk bibit jangan hanya produk jadi. Industri hilirnya pun kita ada. Jadi yg perlu dibina adalah aspek hulunya. Sebagai contoh, jahe asal Kabupaten Bandung sudah #BeraniEkspor ke negara Banglades, contoh lainnya Sulawesi Tenggara memasok lebih dari 50% kebutuhan kacang mete di Indonesia. Kini, salah satu komoditas unggulan ini telah di ekspor ke Negeri Jiran.

Berani Ekspor Komoditas Pertanian Indonesia Bersama AgriTalk Berani Ekspor Komoditas Pertanian Indonesia Bersama AgriTalk

Kuantitas, kualitas dan kontinunitas adalah 3 syarat untuk ekspor, produk apapun itu, terlihat sepele tapi bisa menjadi komoditas untuk negara lain. Contohnya umbi porang aka iles-iles asal Madiun yang menjadi buruan pengusaha asal China dan Jepang, padahal di Indonesia sendiri dipandang sebelah mata.

Kontinuitas juga termasuka salah satu syarat karena jangan sampai negara mitra sudah terlanjur cinta dengan produk kita, ternyata kita cuma bisa memasok 1x saja.

Berani Ekspor Komoditas Pertanian Indonesia Bersama AgriTalk Berani Ekspor Komoditas Pertanian Indonesia Bersama AgriTalk

Beberapa contoh produk ekspornya saya sertakan di sini ya.

Berani Ekspor Komoditas Pertanian Indonesia Bersama AgriTalk Berani Ekspor Komoditas Pertanian Indonesia Bersama AgriTalk

Berani Ekspor Komoditas Pertanian Indonesia Bersama AgriTalk Berani Ekspor Komoditas Pertanian Indonesia Bersama AgriTalk

Mirisnya kebanyakan petani kita adalah usia tidak produktif, mayoritas wanita dengan pendapatan rata2 lima puluh ribu perhari padahal pertanian adalah segmen yang sangat produktif.

Kenapa? Karena dari dulu stigma yang beredar di masyarakat jadi petani itu ga ada untungnya, capek doank, tenaga yang di keluarkan nggak sebanding dengan hasil yang di dapat. Apa yang di tanam hanya cukup untuk makan satu musim saja, bener apa bener?

Lebih bergengsi mana kalau di tanya apa pekerjaannya? Karyawan swasta atau petani? padahal jaman dahulu mayoritas pekerjaan orang tua kita adalah petani, selain karena gengsi mungkin juga karena generasi millenial malas kotor dan capek.

Tapi kalian harus tahu kalau petani sekarang bisa menjadi eksportir juga loh, selain menghasilkan komoditas yang bisa di makan, juga bisa di jual hingga ke manca negara loh. Pastinya lewat bantuan dari Kabarantan dan TaniHub.

Berani Ekspor Komoditas Pertanian Indonesia Bersama AgriTalk

Bapak Edison Tobing (VP of Finance TaniHub) menjelaskan kalau pertanian merupakan salah satu sektor yang membutuhkan banyak tenaga kerja, saat ini ada 32 juta petani yang memiliki impian memiliki harga jual produk yang tinggi.

 Apa sih TaniHub itu? TaniHub adalah lembaga swasta yang memiliki visi untuk menciptakan dampak positif pada sektor pertanian lewat pemanfaatan teknologi informasi dengan 3 pilar utama yaitu: Pertanian, Teknologi, dan Dampak sosial. Misinya sangat sederhana namun sulit di wujudkan, memberdayakan petani lokal dengan menyediakan akses pasar dan akses keuangan. Kenapa sulit? Karena jarang ada generasi milenial yang mau menjadi petani, padahal yang melek teknologi siapa? Generasi tua jarang ada yang melek teknologi, seperti yang sudah di jabarkan di atas, petani kita 60% berusia diatas 40 tahun, yang biasanya kurang paham masalah teknologi.

Melalui TaniHub, para petani lokal dapat menjual hasil panen mereka kepada para individu maupun Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di berbagai wilayah.

TaniHub bekerja sama dengan Kabarantan mengajak para petani meningkatkan kualitas hasil pertanian hingga akhirnya mereka berani mengekspor hasil taninya ke luar negeri. Jika kualitas hasil tani dalam kondisi baik, bebas hama dan penyakit, peluang ekspor pun semakin terbuka lebar.

Seiring dengan peluang ekspor yang semakin tinggi, maka taraf hidup para petani juga akan ikut naik. Contohnya bila selama ini yang dijual adalah kelapa bulat, saat ini sudah banyak eksportir tepung kelapa bahkan santan dari Sulawesi Tenggara.

Berani Ekspor Komoditas Pertanian Indonesia Bersama AgriTalk

Namun TaniHub masih mengalami masalah karena banyaknya tengkulak atau ijon yang bergerilya di tengah petani yang membuat para petani kesulitan menaikkan taraf hidupnya. Ya pengijon atau tengkulak itu benar-benar ada loh, bapak yang difoto ini adalah saksinya, beliau adalah petani dan sering di rugikan dengan harga jual yang rendah dari pengijon, itu sebabnya bapak ini sangat senang mendengar adanya TaniHub yang membantu memasarkan komoditas para petani dengan harga yang layak.

Berani Ekspor Komoditas Pertanian Indonesia Bersama AgriTalk

 Gimana? Sudah mulai memikirkan untuk beralih profesi menjadi petani di tengah kesulitan mencari pekerjaan? Semoga kedepannya sektor pertanian kita semakin maju dan bukan lagi menjadi pekerjaan yang selalu diremehkan ya. Selain itu juga saya berdoa seiring dengan melimpahnya produksi pertanian, daya beli masyarakat juga ikut naik sehingga kedua belah pihak dapat menaikan taraf hidupnya. Amin!

Bye bye now 😊
Don't forget to follow me on
 

32 comments

  1. Ci Winda, apakah Ci Winda mau bertani? :))

    Pegimana ya, sebetulnya salah satu alasan rendahnya transfer ilmu dari petani tua kepada petani milenial adalah.. sulitnya komunikasi. Milenialnya susah mendengarkan penjelasan petani tua, petani tua susah mengajarkan kepada yang muda. Jadi, regenerasi praktisi taninya pun juga sulit.

    Aku sendiri penasaran apakah banyak petani itu mengajarkan ilmu bertaninya kepada anak-anak mereka sendiri. Kalau ilmu itu sudah transfer di dalam keluarga, harusnya membuat milenial menjadi petani pun tidak sulit.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah itu dia, disinilah peran AgriTalk mbak, menjembatani petani tua dan muda, juga pebisnis resto dan perhotelan dengan petani :) kebanyakan anak muda ga mau jadi petani karena prestisenya ga ada mbak, anak-anak petani itu ingin mengadu nasib di kota hehehe apalagi saya yang emang dasarnya lahir dan tinggal di kota kan?

      Delete
  2. Aamiin ce semoga pertumbuhan sektor pertanian di negeri kita bisa lebih maju ya jadi petani biar bisa lebih makmur kedepan

    ReplyDelete
    Replies
    1. amiin, semoga petani kita bisa lebih maju ya agar sektor pertanian kita bisa kembali makmur seperti dulu :)

      Delete
  3. Seneng banget dengan bahasan ini, kebetulan nih aku dan Suami mau mulai serius mengolah Sawah dan Kebun Orangtua yang sebagian mulai terbengkalai karena Bapak sudah tua dan mulai lelah bertani, padahal dulu Bapak sempat berada di masa kejayaannya sebagai Petani Daerah (Garut).
    Dan yang aku bingung juga masalah Tengkulak yang membuat harga tetap rendah bahkan gak jarang Para Petani merugi parah. Baiklah, mau coba pelajari lebih lanjut tentang TaniHub, semoga bisa menjadi jalan mewujudkan Impianku dan Suami menjadi Petani hingga masa tua, Amiin. Makasih ya Mba ulasannya bermanfaat sekalii :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. bener sekali mbak, rata2 begitu keluhannya, kemarin kan ada perwakilan dari petani, semua mengeluhkan hal yangs ama, tapi saat diajari tentang TaniHub ini mereka kurang paham, mungkin karena generasi mereka kurnag paham teknologi ya :) makanya pihak TaniHub dan AgriTalk menginginkan tenaga kaum muda untuk menjembatani komunikasi ini

      Delete
  4. Wah seru amat nih ci acara nya. Limayan ya bisa nambah insight juga.. aku jg berharap semoga sektor pertanian indonesia makin maju ya. Amiiiin

    ReplyDelete
    Replies
    1. aku sih sempat punya cita2 kalau sudah tua mau berkebun saja hahaha kalau bertani sepertinya ga mungkin karena harus punya lahan yang besar :(

      Delete
  5. Sekarang sudH susah kali yah mbak anak muda yg bercita2 jadi petani padhal komoditas pertanian untuk di ekspor keluar indonesia masih sangat banyak sekali blm lagi masalah tengkulak yg sering merugikan petani dan malah memperkaya diri mereka smg kedepannya semakin banyak yg tertarik untuk terjun ke pertanian

    ReplyDelete
    Replies
    1. betul sekali mbak, semoga saja anak2 para petani itu mau bertahan di desa dan menjadi petani modern :) selain mengurangi kepadatan penduduk di kota2 besar juga bisa memajukan daerah masing-masing

      Delete
  6. Jadi ingat sama almarhum papaku, dulu dia bisnis sarang burung walet. Aku sudah gak update lagi, sekarng berapa sih harganya? Kalau dulu tuh mahal banget perasaanku.

    ReplyDelete
    Replies
    1. sarang burung walet kayaknya sampai sekarang masih mahal deh mbak :) CMIIW ya, kok nggak di terusin? Lumayan padahal

      Delete
  7. Kalau melihat keadaan di lapangan, para petani ini sungguh kasihan, teh..
    Hasilnya tidak dihargai sesuai dengan harga pasar.
    Belum lagi kalau jual gak bisa mandiri (karena sistem), jadi harus melalui calo.
    Jadi uang yang dihasilkan benar-benar gak sepadan dengan biaya yang dileuarkan.

    Semoga Pemerintah tanggap terhadap sistem seperti ini.

    ReplyDelete
    Replies
    1. nah pemerintah sangat tanggap teh, makanya diadakanlah AgriTalk ini :) dan pemerintah aka Kabarantan bekerjasama dengan TaniHub agar petani tidak perlu berurusan dengan tengkulak lagi

      Delete
  8. Salah satu faktor yang menghambat soal perekonomian petani memang pihak pengijon. Petani akan mendapatkan pembayaran yang murah untuk hasil taninya bila udah kena pengijon. Semoga dengan Tanihub ini para petani makin meningkat kesejahteraannya ya. Jadi lelah dan ketekunan mereka terbayar ketika hasil pertaniannya benar-benar diapresiasi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. kemarin ada petani yang bertanya, kalau seandainya mereka sudah bekerjasama dengan TaniHub namun sewaktu panen mereka mengalami gagal panen, bagaimana dengan kelanjutan kerjasamanya?

      Bpk. Edison menjelaskan kalau sistem kerja TaniHub adalah berdasarkan kerjasama hitam di atas putih, jadi bila terjadi gagal panen sekalipun, TaniHub akan membayar sesuai kesepakatan sejak awal :)

      Delete
  9. Amiin ya Allah doa yang sama pula ya Kak, semoga pertanian Indonesia bisa maju, bisa sejahtera
    dan kita kebagian yang terus membantu pergerakan mereka dikancah digital

    ReplyDelete
    Replies
    1. betul, sebenarnya petani itu sama dengan pebisnis online :) kalau jualan jaman dulu di susahkan dengan sewa tempat dan promosi juga tarif pegawai kan? Dengan berjualan sistem online, pebisnis bisa meraup untung yang lebih banyak dengan modal yang di tekan

      Delete
  10. Keponakan daku ada nih yang lulus dari fakultas pertanian dan ngelamar kerja, ngurusin Tanihub ini.
    Menarik programnya, moga berkesinambungan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. nah kerennya TaniHub ini sudah bekerjasama dengan pemerintah, nggak sembarangan perusahaan bisa bekerjasama dengan pemerintah kan :)

      Delete
  11. Dukungan kepada para petani untuk ekspor komoditas pertanian ini memang harus dilakukan. Biar makin banyak yang mendapatkan manfaatnya juga sehingga pertanian kita makin maju

    ReplyDelete
    Replies
    1. betul mbak, mari kita doakan agar petani dan sektor pertanian kita bisa kembali maju seperti dulu ya :)

      Delete
  12. Dulu aku sering ada temen bule yang bilang profesi orangtuanya itu farmer ci, tapi dianya kaya and makmur banget... berbanding terbalik dengan di sini , di Indonesia semoga ada jalan ya buat lebih baik lagi buat pertanian Indonesia

    ReplyDelete
    Replies
    1. nah, aku juga punya li, dia bertani di Bali sekarang, dia bilang tanah Indonesia sangat subur :) tau Utama Spice? Itu ownernya juga bercocok tanam sendiri loh awalnya untuk bahan baku mereka

      Delete
  13. Semoga petani di Indonesia bisa semakin sejahtera ya seperti para petani di luar negeri yang kaya-kaya ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. amiiin, petani di luar negeri makmur banget ya hahahaa karena bekerjasama dengan pemerintah dan tidak berhenti berinovasi

      Delete
  14. Semoga pertanian Indonesia makin maju dan banyak ekspor nya yah, aamin. Tapi sekarang banyak ya petani - petani yang jualan online gitu, mungkin edukasi tentang online marketing harus diterapkan nih biar para petani lainnya bisa melakukan hal serupa juga.

    ReplyDelete
    Replies
    1. betul, karena sebetulnya produk pertanian tuh banyak sekali yang butuh, coba bayangkan berapa ribu hotel di indonesia yang butuh buah dan sayur untuk melayani konsumsi konsumennya?

      Delete
  15. Keren mbak. Aku tu suka miris kalau negeri kita yang kaya ini masih impor, padahal mestinya kita yang ekspor banyak2 yaaa. Diskusi kyk gini makin meningkakan wawasan supaya kita jg paham bgmn sih pertanian dan hasilnyaplus nasib petaninya di negara ini :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. kemarin Kabarantan bilang masih ada tanah berhektar2 yang belum di garap mbak :( sedih ya dengernya

      Delete
  16. Gimana yah mba biar bisa ikut acara2 kayak gini...

    ReplyDelete
    Replies
    1. biasanya sih saya di hubungi kalau nggak bergabung dengan komunitas aja mas, jadi kalau ada acara diinfo :)

      Delete

♥ Link hidup, anonim dan spam akan otomatis terhapus ya :) ♥
♥ Jangan lupa klik 'notify me' biar bisa baca balasan komenku ♥

xoxo,
Winda ~ ♡